Musim pemilihan kali ini terasa sangat berbeda dari yang sudah-sudah. Dan bagi siapa saja yang ditargetkan oleh isu ras dan agama ― atau bahkan mereka yang menduga Pilkada 2017 ini telah dicurangi (KTP ganda, red) ― panasnya situasi politik Indonesia bisa memakan korban.
Ya. Terlepas dari segala perbedaan yang dimiliki, pendukung semua paslon sebenarnya punya satu kesamaan: peningkatan risiko serangan jantung. Waduh, kok bisa?
Status bermuatan politik di media sosial bisa jadi pemicu stress serius
Sebuah studi terbitan jurnal Physiology and Behavior menemukan bahwa individu pemegang hak suara mengalami peningkatan hormon stres kortisol selama musim pemilihan. Anda mungkin bisa menyalahkannya pada update berita politik tak berkesudahan dari hampir seluruh media massa dan media sosial, rincian yang kadang membingungkan, hoax yang menjamur, dan perselisihan antar calon yang berkelanjutan.
Kesemua hal ini bisa memicu seseorang lebih agresif dan menampakkan gangguan stres umum. Terlebih lagi, siklus kegusaran ini bisa terjadi berkepanjangan karena persiapan menuju ronde pemilihan itu sendiri yang sudah sangat rumit, dan ditambah dengan tekanan emosi sebagai hasil dari bombardir pandangan subyektif dari interaksi di berbagai media sosial.
Dr. Rober Glatter, dokter jaga di IGD Lenox Hill Hospital New York sekaligus penulis kontributor majalah Forbes, dilansir dari Washington Post, meminta para pemilih untuk mewaspadai peningkatan tekanan darah, jantung berdebar, sakit kepala, mual, kegelisahan, ketegangan otot, dan gejala stres lainnya terutama di masa-masa pemilu. Salah-salah, stres selama Pilkada tak hanya membuat Anda mudah jatuh sakit akibat sistem imun menurun, namun juga meningkatkan risiko Anda untuk mengalami serangan jantung.
Kenapa berita politik bisa picu serangan jantung?
Stres dan kelelahan emosional yang berkepanjangan telah dikaitkan dengan faktor pemicu serangan jantung. Ini karena mengalami stres dan kemarahan dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, yang kemudian mengubah aliran darah dan mengurangi suplai darah ke jantung. Hubungan antara serangan jantung dan gangguan emosional bahkan tetap sama, tak peduli apa faktor risiko serangan jantung lain yang dimiliki oleh seseorang ― termasuk diabetes, tekanan darah tinggi dan kelebihan berat badan.
Dilansir dari Huffington Post, sebuah studi tinjauan yang meneliti lebih dari 12 ribu kasus serangan jantung dari 52 negara berbeda menemukan bahwa kemarahan yang dipicu stres berat dan goncangan emosional merupakan faktor yang paling sering muncul dalam insiden serangan jantung pertama.
Tapi ini bukan berarti bahwa faktor-faktor ini saja yang menyebabkan serangan jantung, tapi kenyataan bahwa begitu banyak orang yang mengalami pemicu ini di satu jam pertama sebelum mereka terkena serangan jantung begitu signifikan, ungkap penulis studi Andrew Smith, ilmuwan di Health Research Board Clinical Facility di Irlandia.
Mampu tidaknya berita politik terkait Pilkada untuk menimbulkan kemarahan atau emosi negatif lainnya hingga tingkat tertentu sampai bisa memicu respon fisiologis akan bergantung pada “ambang” stres dari orang yang bersangkutan.
Misalnya, apakah seruan-seruan bernada diskriminatif atau pernyataan yang secara blak-blakan menjatuhkan paslon berdasarkan agama tertentu membuat darah Anda mendidih? Tergantung dari seberapa dalam emosi yang Anda rasakan, dampaknya mungkin sudah lebih dari cukup untuk menimbulkan reaksi fisik yang mengarah ke serangan jantung, ungkap Smith lebih lanjut.
Emosi tinggi bukan satu-satunya pemicu utama serangan jantung
Stres emosional dan kelelahan fisik serta mental yang berkepanjangan dapat menjadi faktor peningkatan tekanan darah yang biasanya berujung pada serangan jantung.
Namun penting pula untuk dicatat bahwa penelitian di atas hanya berdasarkan laporan pribadi ― artinya, individu-individu yang terlibat dalam studilah yang menentukan definisi dan ambang dari “stres” dan “marah” untuk diri mereka sendiri. Studi di atas hanya menunjukkan bahwa emosi negatif atau kemarahan yang berkepanjangan ditemukan menjadi pemicu potensial untuk serangan jantung. Tolak ukur untuk keduanya dapat sangat bervariasi, sehingga sampai harus seberapa kuat emosi negatif untuk memicu sebuah serangan jantung juga dapat bervariasi antar orang lain.
Sementara itu, faktor risiko utama dan terbesar bagi insiden serangan jantung tetap tidak berubah: merokok, pola makan buruk, tidak rutin beraktivitas fisik/berolahraga, memiliki tekanan darah tinggi, dan/atau kelebihan berat badan atau obesitas.
Terlepas dari apakah Anda memiliki sejumlah faktor pemicu serangan jantung di atas, dengan drama Pilkada yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, waspadai seberapa parah musim pemilihan kali ini membuat Anda tertekan secara emosional. Tidak ada salahnya untuk rehat sejenak; sesekali ubah topik bacaan di koran pagi atau obrolan panas saat makan siang dengan hal-hal lain yang lebih ringan, atau tutup mata dari isu-isu yang cuma bikin hati mendidih. Sejumlah trik perawatan diri sederhana ini akan bermanfaat pada waktunya.
The post Hati-hati! Stres Baca Berita Pilkada Bisa Picu Serangan Jantung appeared first on Hello Sehat.
http://ift.tt/eA8V8J
from Hello Sehat http://ift.tt/2kAG7xK
via Obat Penumbuh Rambut