Pria Lebih Berisiko Alami Kematian Akibat Kanker

Menurut sebuah studi, pria lebih berisiko tinggi untuk mengidap kanker dan meninggal karenanya daripada perempuan. Leukemia dan kanker usus besar dan rektum, pankreas, dan kanker hati membunuh kaum Adam sekitar sekitar 1,5 sampai 2 kali lebih banyak dibandingkan perempuan di AS selama 30 tahun belakangan. Ditambah lagi, kanker paru-paru menewaskan hampir dua setengah kali lebih banyak laki-laki selama periode waktu tersebut.

The American Cancer Society memperkirakan bahwa pria memiliki peluang sekitar 1:2 untuk mengembangkan kanker di beberapa titik dalam hidup mereka, dibandingkan dengan wanita yang memiliki peluang 1 dalam 3 kesempatan.

Apa alasannya?

Kenapa risiko kematian pria akibat kanker lebih besar dibanding wanita?

Meskipun sudah diketahui selama bertahun-tahun bahwa secara keseluruhan kasus pria meninggal akibat kanker lebih sering terjadi, studi baru terbitan Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention tahun 2011 menemukan bahwa kasus kematian pria akibat kanker jauh lebih tinggi.

Selama penelitian, 2,31 pria meninggal akibat kanker paru-paru untuk setiap satu wanita yang meninggal karena kanker paru, dan sebanyak 1,42 pria meninggal karena kanker usus besar untuk setiap satu wanita yang meninggal akibat kasus yang sama.

Untuk leukemia, rasio laki-perempuan adalah 1,75 dibanding 1, dan untuk kanker hati dan saluran empedu intrahepatik rasionya adalah 2,23:1 untuk pria. Faktanya, dari 36 jenis kanker yang diteliti, wanita memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi hanya pada tiga jenis kanker: kanker kantung empedu, kanker anus, dan kanker lapisan perut (peritoneum, omentum, dan mesentery). Semua tiga bentuk kanker ini merupakan kanker yang sangat langka.

Ketika jenis kanker yang spesifik terjadi pada salah satu gender dikecualikan, seperti kanker prostat, kanker payudara, testis, serta kanker serviks dan ovarium, kesenjangan risiko kematian antar gender semakin meningkat dramatis. Pria memiliki 67% kemungkinan untuk meninggal akibat kanker yang dideritanya, daripada wanita. Kanker bibir dan tenggorokan  membunuh sekitar lima pria untuk setiap wanita yang meninggal karena penyakit yang sama. Empat kali lebih banyak laki-laki meninggal akibat kanker esofagus daripada perempuan, dan kanker kandung kemih menewaskan lebih dari tiga kali lebih banyak pria daripada wanita.

Tidak jelas mengapa perbedaan ini tampak begitu drastis, namun para pakar kesehatan mencurigai dua penjelasan yang paling mungkin. Pertama, faktor gaya hidup. Pria lebih mungkin untuk minum minuman keras secara rutin dan mengembangkan berat badan berlebih. Pria juga lebih mungkin untuk merokok kronis. Semua hal ini dikenal sebagai faktor risiko penting untuk beberapa jenis kanker. Jika melihat daftar kanker dengan tingkat rasio kematian tertinggi di atas, Anda dapat melihat bahwa kanker kepala dan leher, kanker kandung kemih, kanker paru-paru sebagai tiga pemeran utama. Ini semua berkaitan dengan gaya hidup.

Selain itu, laki-laki dapat terpapar lebih banyak karsinogen di lingkungan kerjanya, memiliki perbedaan tingkat hormon atau metabolisme, atau kurang mendapatkan perlindungan dari antioksidan daripada perempuan. Tapi, di sisi lain, tak menutup kemungkinan bahwa perempuan juga mengembangkan pola hidup tak sehat yang sama seperti pria, jadi gaya hidup bukan keseluruhan faktor penyebab.

Pria lebih cuek untuk cek kesehatan dan cenderung terlambat mendapatkan diagnosis

Kedua, pakar berpendapat bahwa peningkatan angka kejadian dan kematian akibat kanker pada pria merujuk pada satu masalah sosial yang terkait dengan citra pria — bahwa pria haruslah kuat — sehingga ada kecenderungan bawah sadar dalam benak pria untuk menyembunyikan kekhawatiran soal masalah kesehatan yang mereka miliki. Ini yang membuat laki-laki lebih jarang menemui dokter jika mereka memiliki keluhan yang terkait gejala dini kanker, seperti batu yang terus-menerus, perubahan kebiasaan BAB, atau masalah buang air kecil (yang merupakan gejala awal kanker paru, usus, dan prostat). Keterlambatan diagnosis adalah salah satu faktor risiko utama dalam pengembangan kanker.

Sepanjang hidup mereka, wanita cenderung sering mendapatkan janji konsultasi dan rutin berhubungan dengan tenaga profesional kesehatan mereka — misalnya, ketika menggunakan alat kontrasepsi atau selama kehamilan, kelahiran, dan membesarkan anak. Akses yang lebih rutin ke pelayanan kesehatan memberikan mereka kesempatan yang lebih besar untuk mendiskusikan setiap gejala mengkhawatirkan, dan untuk mendapatkan informasi tentang pencegahan kanker dan gejalanya.

Perempuan juga lebih didorong untuk aktif melakukan skrining kanker payudara dan kanker serviks, yang semakin membuka kesempatan untuk mencari informasi dan berdiskusi tentang kesehatan mereka. Selain itu, berkat kemajuan dalam pengobatan kanker payudara, angka kematian perempuan akibat kanker ini juga dapat dikendalikan.

Ditambah lagi, majalah-majalah wanita dikemas penuh dengan pesan tentang kesehatan dan kesadaran kanker. Dan walaupun ada sejumlah publikasi yang ditujukan untuk kesehatan dan kebugaran pria, pesan kesehatan untuk pria tampaknya tidak terlalu merasuki kesadaran para target seperti apa yang telah tercapai di pasar media perempuan.

Para pakar kesehatan dari berbagai belahan dunia tak henti-hentinya menekankan pentingnya mengetahui dan menyadari gejala awal kanker serta melakukan skrining kanker, tak hanya untuk perempuan namun juga pria, dan mengadopsi gaya hidup sehat.

The post Pria Lebih Berisiko Alami Kematian Akibat Kanker appeared first on Hello Sehat.



http://ift.tt/eA8V8J

from Hello Sehat http://ift.tt/2kDS2j2
via Obat Penumbuh Rambut